Bima mengajak masyarakat merapatkan barisan sehingga tidak terpecah-pecah. Perlawanan saat ini, menurut dia, adalah pemahaman yang keliru tentang Covid-19 terutama teori konspirasi.
Bima Arya,Walikota Bogor Sumber : Instagram (bimaaryasugiarto) |
Orang yang percaya teori konspirasi, menurut Bima, berarti tidak mengimani ajaran agama. Dia menyebut, teori konspirasi berbahaya karena memiliki banyak pengikut di di media sosial.
"Ini ujian keimanan, bukan hanya ujian kesehatan. Meyakini teori konspirasi itu berarti keimanan kita kurang kuat. Jadi covid ini kenyataan, bukan khayalan. Teori konspirasi itu khayalan," ujarnya.
Bima memaparkan, menjadi tugas bersama tidak hanya pemerintah membangun narasi besar tentang Covid-19 adalah kenyataan. Dia mengajak warga Bogor tetap waspada karena situasi saat masih belum aman.
"Ada klaster keluarga, ada klaster perkantoran, ada klaster luar kota atau imported case. Saya berterima kasih jamaah salat Ied tadi menjaga protokol kesehatan," ucapnya.
Bima mengimbau masyarakat menekan ego untuk kepentingan yang lebih besar. Substansi berkurban adalah menekan ego dan mengutamakan kemaslahatan atau kepentingan yang lebih besar.
"Itu yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Sekarang ini bencana disebabkan karena banyak orang egois. Jadi demi kesenangan sendiri membahayakan orang lain. Kita harus menekan ego kita. Ada yang bilang pakai masker tidak enak, jaga jarak tidak enak, menahan untuk nongkrong-nongkrong juga tidak enak. Tapi sekarang semua harus ditekan. Di Kota Bogor ada enam keluarga terpapar Covid, ini jadi kluster penyebaran Covid. Bahkan ada satu keluarga yang jumlahnya 14 orang," tuturnya.
Adanya kluster tersebut, Bima menurut, karena ketidakdisiplinan anggota keluarga. Egois menganggap diri sendiri tidak membahayakan.
"Habis dari luar kota, tidak isolasi, langsung kontak dengan keluarga, pegang orang yang punya komorbid itu bahaya sekali. Bisa meninggal. Jangan egois. Substansi kurban hari ini adalah itu, menekan ego kita," ujarnya.