Beranda rumah adalah bagian rumah yang paling depan. Nah, kota Bogor juga punya beranda untuk menyambut para pengunjungnya. Namanya Tepas Salapan Lawang Dasakreta.
Tepas Salapan Lawang Dasakreta terletak di Baranangsiang. Dekat Tugu Kujang dan Kebun Raya menyambut tamu yang masuk ke kota Bogor lewat jalan utama untuk masuk ke kota Bogor.
Tampilan Tepas Salapan Lawang Dasakerta. Sumber : IG @nurulrosihani |
Tepas Salapan Lawang Dasakreta yang diresmikan pada tanggal 7 Desember 2016 itu, kini menjadi ikon baru kota.
Pembangunan landmark baru ini sejalan dengan konsep yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tujuan utamanya adalah mengembangkan potensi kota pusaka di Indonesia.
Bogor sebagai sebuah kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan di masa lalu, mendapatkan prioritas. Selain itu peresmian Tepas Lawang Salapan Dasakreta sendiri bertepatan dengan 35 tahun berdirinya Tugu Kujang dan dua abad Kebun Raya Bogor
Makna Tepas Salapan Lawang Dasakreta
Jika diperharikan ikon Kota Bogor ini terdiri dari :
- 10 Pilar
- 9 Lawang (Pintu)
- 2 Rotunda
Dalam bahasa Sunda, tepas artinya beranda atau teras, salapan artinya sembilan, sedangakan lawang artinya pintu. Tepas Salapan Lawang Dasakreta adalah beranda yang memiliki 9 buah pintu. Pintu itu terbentuk dari 10 buah pilar yang bentuknya mirip pilar Istana Bogor. Bagian atas kesepuluh pilar ini dihubungkan oleh sebuah plang, sehingga membentuk 9 buah pintu.
Sepuluh buah pilar itu, melambang 10 bagian tubuh manusia yang harus dijaga agar terhindar dari perilaku buruk. 10 bagian tubuh itu disebut Dasakreta. Dasakreta adalah konsep yang diambil dari naskah kuno Kerajaan Pakuan Pajajaran yang beribukota di Bogor.
Dasakreta sendiri merupakan konsep dimana manusia harus bisa menjaga 10 bagian tubuh yang harus dijaga kebersihannya selama hidup. Dengan menjaga ke-10 bagian ini manusia diharapkan akan bisa terhindar dari berbagai perilaku buruk.
Sepuluh bagian tubuh yang harus dijaga itu adalah :
- Telinga
- Mata
- Kulit
- Lidah
- Mulut
- Hidung
- Tangan
- Kaki
- Dubur (Tumbung)
- Kelamin (Baga-purusa)
Salapan
lawang adalah simbol filosofi utama Pakuan Pajajaran yakni ‘Silih Asih,
Silih Asah, Silih Asuh’. Tiga sikap dialogis antar sesama insan (silih,
saling) itu adalah kunci pembangunan Kota Bogor yang berkelanjutan.
Tiga sikap itu, menurunkan sembilan acuan kesejahteraan yakni:
1. Kedamaian (Peace);
2. Persahabatan (Friendship);
3. Keindahan (Beauty);
4. Kesatuan (Unity);
5. Kesantunan (Good-manners);
6. Ketertiban (Ordered by Law);
7. Kenyamanan (Convenience);
8. Keramahan (Hospitality); dan
9. Keselamatan (Safety).
Jadi dengan menjaga 10 bagian dalam raga maka 9 aspek kesejahteraan akan terwujud atau pintu kesejahteraan akan terbuka
Rotunda yang mengapit ujung Tepas Salapan Lawang Dasakreta |
Sementara, sembilan lawang itu diapit oleh bangunan kecil berbentuk bundar atau rotunda pada masing-masing ujung. Bangunan itu merupakan tiruan dari Monumen Lady Raffles yang ada di Kebun Raya. Monumen Lady Raffles adalah monument cinta yang dibangun oleh Sir Thomas Raffles untuk istrinya tercinta.
Peribahasa Sunda
Sudut lain Tepas Salapan Lawang Dasakreta Beranda Kota Bogor. Sumber : IG @dafawiki |
Di plang yang menghubungkan 10 pilar, tertulis peribahasa Sunda. Bunyinya: DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA. Peribahasa itu secara bebas artinya, apa yang kita dapatkan sekarang adalah hasil kerja kita di masa lalu. Yang sekarang kita lakukan adalah bekal untuk masa depan.