Serba-Serbi Sejarah Google Translate dan Mesin Penerjemah

#Tags

Bogor, halamanbogor.com -- Sebagai perusahaan raksasa di internet, Alphabet Inc. yang punya Google tidak hanya menyuguhkan mesin pencari yang cerdas, tapi juga aneka fitur yang bermanfaat. Salah satunya adalah Google Translate, yang mampu membantu menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lain secara mudah. Saat ini, cukup banyak bahasa yang telah dikenali oleh Google Translate, sehingga mudah menerjemahkan bahasa Indonesia  ke bahasa apa pun di dunia, dan sebaliknya. Uniknya, beberapa bahasa daerah dengan penutur yang banyak seperti Jawa dan Sunda, pun sudah masuk dalam daftar bahasa yang bisa diterjemahkan. 



Sejarah Mesin Penerjemah

Meski saat ini menjadi layanan populer penerjemahan, mesin penerjemah seperti Google Translate lahir dari proses yang panjang.

Cikal bakal mesin penerjemah sudah ada sejak 1951. Massachusetts Institute of Technology (MIT) menjadi yang pertama melakukan penelitian soal teknologi ini. Setelahnya, tim peneliti dari Georgetown University melangkah lebih jauh.

Mereka sukses membuat mesin penerjemah bilingual otomatis yang bekerja secara sederhana, mirip seseorang mencari kata terjemahan menggunakan kamus. Input kata dalam bahasa A menghasilkan output padanan kata itu dalam bahasa B. Kemudian, kata-kata tersebut disusun dengan urutan persis sama dengan kalimat yang diinput.

Dari sisi teoritis, cikal bakal mesin penerjemah bisa ditarik lebih jauh dari apa yang dilakukan peneliti MIT maupun Georgetown University. Pada 1949, Warren Weaver dalam tulisan berjudul “Translation” mencetuskan sebuah ide mesin penerjemah yang menggunakan model statistik. Translasi menggunakan pemodelan statistik terinspirasi dari kekuatan neural network versi awal.

Penggunaan pemodelan statistik tersebut, konon mampu mengatasi permasalahan logika-logika bahasa seperti apa yang terjadi pada mesin-mesin penerjemah otomatis awal yang bekerja selayaknya kamus. Uniknya, pemikiran inilah yang kemudian hari dimanfaatkan Google melalui Google Translate.

Sayang, selepas dua capaian soal mesin penerjemah itu, tak ada perkembangan berarti selanjutnya yang muncul. Barulah di dekade 1990-an pengembangan mesin translasi otomatis kembali bergairah. Seorang insinyur IBM, bernama Frederick Jelinek, ialah otak di balik pengembangan lanjutan ranah ini. Kerja teoritikal Weaver soal pemodelan statistik dilanjutkan oleh Jelinek.

Kemudian, capaian lanjutan perihal mesin translasi otomatis hadir pada 2006. Kala itu Google akhirnya melahirkan layanan barunya bertajuk Google Translate. Lahirnya Google Translate pada 2006 tak serta merta menggunakan kerja teoritis Weaver.


Sejarah Google Translate


Di awal kemunculannya, Google menggunakan sistem bernama SYSTRAN untuk proses penerjemahan yang dilakukan Google Translate. Selain dimanfaatkan Google, SYSTRAN juga dimanfaatkan berbagai layanan sejenis sebagai motor penggeraknya. Mesin penerjemah dari Yahoo dan AOL, di masa awal kemunculannya, juga menggunakan SYSTRAN.

Barulah pada 2007, apa yang dipikirkan Weaver, digunakan Google. Alias, Google Translate menggunakan algoritma pemodelan statistik guna menerjemahkan kata atau kalimat. Selain soal algoritma tersebut, Google Translate bekerja dengan menghimpun begitu banyak translasi yang dilakukan manusia atas jutaan dokumen.

Namun, perkara menerjemahkan bukanlah soal mudah. Terutama jika dilakukan mesin, bukan manusia. Cukup banyak cerita perihal buruknya terjemahan yang dilakukan Google Translate. Seseorang sangat mudah mengenali secara langsung sebuah naskah terjemahan yang dihasilkan dari buah tangan mesin. Kemudian, pijakan yang cukup berarti mengatasi masalah mendasar itu, baru hadir pada 2016.

Melalui publikasi di blog resmi, Google mengumumkan sebuah teknologi baru bernama Google Neural Machine Translation (GNMT). Teknologi ini menerjemahkan suatu bahasa memanfaatkan teknologi neural machine. Suatu teknologi yang bekerja selayaknya otak mamalia. Neural machine bukanlah barang baru bagi Google.



AlphaGo, program kecerdasan buatan karya Google yang khusus dirancang untuk bermain catur Go, telah menyematkan neural engine lebih dahulu. AlphaGo memproses ribuan bahkan jutaan permainan Go dan memainkannya sendiri.

Proses belajar itulah yang kemudian dijadikan pijakan saat AlphaGo bermain catur Go sungguhan. Google Translate juga menggunakan cara yang sama dalam menerjemahkan suatu kalimat, paragraf, hingga naskah panjang.

Dalam jurnal berjudul “Google's Neural Machine Translation System: Bridging the Gap between Human and Machine Translation” yang dipublikasikan Google, pengguna neural engine pada Google Translate diklaim mampu meningkatkan tingkat keakuratan terjemahan.

Untuk menentukan seberapa akurat suatu terjemahan Google membuat index dengan skala 0 hingga 6. Proses terjemahan dari Inggris ke Spanyol, dengan Google Translate yang menggunakan GNMT memperoleh index sebesar 5,43.


Sementara itu, penerjemahan yang dilakukan manusia memperoleh index sebesar 5,5. Secara keseluruhan, GNMT meningkatkan hasil penerjemahan 60 persen lebih baik dari versi sebelumnya.

Merujuk klaim Google melalui blog resminya, Google Translate telah digunakan oleh sekitar 500 juta pengguna dengan lebih dari 100 miliar kata per hari diterjemahkan. Kegiatan menerjemahkan di Google Translate paling populer adalah dari Inggris ke Spanyol, Arab, Rusia, Portugal, dan Indonesia.

Kuatnya bahasa Inggris dalam dunia menerjemahkan bukanlah sesuatu yang mengherankan. Kai L. Chan, dalam laporan bertajuk “Power Language Index”, mengungkapkan bahwa atas 2.000 bahasa yang dituturkan orang-orang di seluruh dunia, bahasa Inggris didaulat sebagai bahasa paling perkasa di dunia. Selepas bahasa Inggris, bahasa terkuat lainnya secara berurutan ialah Mandarin, Perancis, Spanyol, Arab, Rusia, Jerman, Jepang, Portugal, dan India.



Google Translate di Handphone Android.

Fitur Google translate ini cukup sedikit digunakan, atau barangkali masih jarang digunakan. Jadi dengan Google translate di ponsel Android, pengguna bisa menerjemahkan kata (selama bentuk huruf dan bahasa yang digunakan terdaftar) meski dalam bentuk foto. Hasil terjemahan langsung muncul di layar. 



Proses penerjemahan bisa menggunakan aplikasi Google Translate dan Google Lens.  Bagi kamu yang menggunakan perangkat Android dan iOS, berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu terapkan untuk memanfaatkan fitur penerjemahan canggih ini.
Bagi kamu yang menggunakan perangkat Android, berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu terapkan untuk memanfaatkan fitur penerjemahan canggih ini.


1. Install Google Translate di Google Play Store

Hal yang pertama perlu dilakukan tentu saja mendownload aplikasi Google Translate jika belum terinstal pada perangkat kamu. Aplikasi penerjemahan yang diciptakan oleh perusahaan mesin pencari raksasa ini dapat kamu download melalui Google Play Store atau dengan melalui TAUTAN  ini.



Tunggulah sampai instalasi selesai, dan buka aplikasi tersebut. Kamu perlu menginput bahasa utama yang paling sering kamu gunakan, contohnya Indonesia. Lalu, ada beberapa permission yang perlu kamu berikan izin terutama kamera.

Spesifikasi aplikasi Google Translate :
Menerjemahkan antara 108 bahasa dengan mengetik
Sentuh untuk Menerjemahkan: Salin teks di aplikasi apa pun, lalu ketuk ikon Google Terjemahan untuk menerjemahkan (semua bahasa)
Offline: Menerjemahkan tanpa koneksi internet (59 bahasa)
Terjemahan kamera instan: Menerjemahkan teks secara instan hanya dengan mengarahkan kamera Anda (94 bahasa)
Foto: Mengambil atau mengimpor foto untuk kualitas terjemahan yang lebih baik (90 bahasa)
Percakapan: Menerjemahkan percakapan dua bahasa dengan cepat (70 bahasa)
Tulis tangan: Menggambar karakter teks, sebagai ganti dari mengetik (96 bahasa)
Buku Frasa: Memberi bintang dan menyimpan kata dan frasa yang diterjemahkan sebagai referensi di masa mendatang (semua bahasa)
Sinkronisasi lintas perangkat: Login untuk menyinkronkan buku frasa antara aplikasi dan desktop
Transkripsi: Terus menerjemahkan ucapan orang yang berbicara dalam bahasa lain hampir secara real-time (8 bahasa)

2. Pilihlah Menu Camera


Setelah aplikasi terbuka, kamu bisa menekan tombol kamera untuk mulai menerjemahkan. Ada beberapa opsi yang bisa digunakan seperti Instant, Scan, dan Import. Jika kamu memilih Instant, kamu bisa secara real-time menerjemahkan teks apapun yang terdeteksi oleh kamera, langsung pada layar.

Sedangkan, jika Scan dipilih, aplikasi akan memindai dokumen untuk mendeteksi tulisan. Kemudian, kamu bisa memilih sebagian atau keseluruhan teks untuk diterjemahkan. Bedanya dengan pilihan Instant, kamu bisa melakukan select pada hasil terjemahan untuk kemudian di-copas atau diedit.


3. Pilih Menu Import

 

Nah, pilihan terakhir ini yang bisa membuatmu menerjemahkan gambar, yakni Import. Import akan memasukkan gambar atau foto yang tersimpan di galeri untuk kemudian dipindai menggunakan teknologi OCR (Optical Character Recognition).

Jadi, pilihlah menu Import untuk memilih gambar yang teksnya ingin diterjemahkan. Akan muncul kotak-kotak kecil di sekitar teks. Kamu bisa menandai bagian tulisan mana saja yang mau diterjemahkan dengan sentuhan jari.


4. Tap Tanda Panah untuk Menerjemahkan

Kalau sudah selesai menandai tulisan, silakan tap pada tanda panah yang ditunjukkan di atas. Kamu akan dibawa pada laman antarmuka Google Translate dengan tulisan awal yang berada di atas dan hasil terjemahan berada di bawah.

Terkadang, hasil deteksi dari Google Translate bisa jadi salah. Misalnya, kata “memakan” bisa terdeteksi sebagai “momakan”. Hal ini dipengaruhi oleh sudut saat kamu mengambil gambar, resolusi gambar, dan jenis font yang terdapat pada gambar.

Jika kesalahan-kesalahan ini hanya sedikit, kamu bisa mengedit tulisan awal dan mengoreksinya satu-satu. Kalau banyak, mungkin kamu perlu mengambil ulang gambar dengan sudut yang berbeda.

Nah, pada tahapan ini, kamu sudah berhasil menerjemahkan gambar. Hasil terjemahan bisa kamu edit, copas, atau share sesuka hati kamu.Tidak sulit, bukan?

Tips Menerjemahkan Gambar Menggunakan Google Translate di Handphone

Ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan agar proses penerjemahan gambar bisa optimal.
1. Perhatikan Sudut Saat Pengambilan Gambar
Usahakan untuk mengambil posisi lurus saat pengambilan gambar.
2. Pastikan Tulisan pada Gambar Terbaca dengan Jelas
Jika ada sedikit guncangan saat kamu berusaha mengambil foto yang menyebabkan tulisan menjadi nge-blur. Karena ada beberapa karakter yang mirip (seperti huruf “q” dan “g”), sehingga membutuhkan tingkat kejelasan yang memadai agar terdeteksi dengan baik. Karena itu, usahakan untuk tunggu sejenak hingga kamera menjadi fokus, lalu baru ambil gambarnya.

3. Buat Supaya Warna Background dan Tulisan Lebih Kontras

BACA JUGA :

Cara membuat Akun Google Baru Untuk Handphone Android

 

4. Lebih Baik Discan Ketimbang Difoto
Tulisan pada gambar yang merupakan hasil foto lebih cenderung sulit terdeteksi karena hal-hal yang sudah dijelaskan tadi – sudut pengambilan gambar, pencahayaan, dll.

Solusi yang lebih simpel adalah menggunakan perangkat keras scanner pada dokumen yang ingin diterjemahkan. Meski tidak sepraktis memotret yang tidak membutuhkan alat khusus, penggunaan scanner dijamin menghasilkan gambar dengan tulisan yang jelas dan terbaca.