Di masa pendudukan kolonial, Hindia Belanda, Bogor saat ini diberi nama Buitenzorg. Saat itu, ada beberapa hotel yang cukup ternama di zamannya yaitu Dibbets, Bellevue, dan Du Chemin de Fer. Keberadaan hotel-hotel tersebut tidak terlepas banyaknya kunjungan orang-orang Belanda maupun Pelancong dari Eropa yang ingin menikmati kesejukan dan keindahan Buitenzorg.
Selain itu, Buitenzorg berdiri rumah peristirahatan sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda, sudah tentu kota ini akan dikunjungi oleh para pejabat-pejabat tinggi pemerintahan kolonial. Karena itu, beberapa hotel akan menawarkan fasilitas yang lebih dibandingkan hotel lainnya. Hotel yang cukup dikenal saat itu antara lain, Hotel Dibbets yang beberapa kali berganti nama, juga Hotel Bellevue dengan keindahan panorama Gunung Salak, du Chemin de Fer yang terletak tidak jauh dari Stasiun Bogor, dan Hotel Pasar Baroe yang dekat dengan kebun Raya Bogor. Namun, memang 3 hotel yang di awal, lebih disukai pelancong dari Eropa. Hotel Pasar Baroe, lebih cenderung sebagai hotel kelas menengah yang sebagian besar tamu-tamunya berasal dari kalangan Tionghoa, Arab,dan bumi putera.
Hotel du Chemin de Fer lokasinya di seberang Taman Stasiun atau Taman Kebon Kembang. Karena dekat dengan stasiun Bogor, maka hotel ini menjadi tujuan para turis untuk menginap.
Hotel du Chemin de Fer, Buitenzorg 1915 |
Nama hotel ini berasal dari bahasa Prancis dan berarti 'Hotel Kereta Api'.
Hotel Dibbets menawarkan fasilitas yang lebih mewah dan lengkap. Selain letaknya yang strategis karena dekat dengan pusat pemerintahan dan istana Gubernur Jenderal, hotel ini juga adalah yang paling gencar mempromosikan keindahan Buitenzorg di Eropa.
Jika berjalan lurus ke arah timur dari Grotepost Weg tempat Hotel Dibbets berada, akan ditemukan hotel lainnya yang juga cukup terkenal pada saat itu. Hotel Belle Vue yang menawarkan panorama keindahan Gunung Salak dan aliran sungai Cisadane yang jernih airnya.
Dari beranda yang terbuka di halaman belakang hotel, pengunjung bisa menikmati keindahan kota Buitenzorg dengan kesejukan alam dan udaranya. Sungai Cisadane yang membelah kota ini, mengalirkan airnya yang masih jernih melintasi perkampungan di daerah Empang. Pemandangan orang-orang yang sedang mandi dan mencuci menjadi objek foto yang mampu menarik minat para turis untuk segera menyalakan kameranya. Pemandangan indah yang bisa dilihat dari beranda Hotel Belle Vue
Dari ketiga hotel terkenal di Bogor pada masanya itu, hanya tersisa bangunan bekas hotel Dibbets yang hingga kini masih tetap digunakan sebagai tempat penginapan yang dikenal dengan nama Hotel Salak.
Perubahan Hotel Dibbets menjadi Hotel Salak saat ini |
Hotel Bellevue yang terletak dekat Tanjakan Empang Jalan Juanda kini telah rata dan berganti rupa menjadi Bogor Trade Mall (BTM).
Hotel Du Chemin kini menjadi Mapolresta Bogor di Jalan Kapten Muslihat.
Perubahan hotel Du Chemin menjadi Mapolresta Bogor |
Sedangkan hotel Pasar Baru, tidak ada lagi yang tersisa dari bangunan hotel ini, kecuali kaca-kaca jendela yang sudah pecah dan kayu-kayu bangunan yang sudah mulai lapuk termakan usia. Halaman depannya pun kini tampak kumuh karena digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang millik para pedagang yang berjualan di sekitar Pasar Baru Bogor.